Lompat ke isi utama

Berita

Susun Buku Sejarah, Bawaslu Wonosobo Gelar Pelatihan Jurnalistik

Susun Buku Sejarah, Bawaslu Wonosobo Gelar Pelatihan Jurnalistik

WONOSOBO - Bawaslu Kabupaten Wonosobo mendorong semua jajaranya cakap dalam penulisan jurnalistik. Untuk mewujudkan, kemarin (10/2) pagi digelar Pelatihan jurnalistik menghadirkan Jurnalis Senior Farid Gaban. 

“Manfaat orang memiliki kecapakan menulis, Insya Allah tidak pernah mengaggur. Misalnya, meski tidak terikat kerja dengan lembaga, bila menyukai dan memiliki keterampilan menulis, dia bisa menulis kapan saja, dimana saja,”Ungkap Sumali Ibnu Chamid Ketua Bawaslu Kabupaten Wonosobo, saat membuka pelatihan Jurnalistik. 

Pria yang akrab disapa Mas Ale ini menambahkan, kemampuan dan enerji menulis, juga akan mendorong orang untuk menyediakan waktu untuk membaca. 

“Ibarat koki, bila akan memasak, maka harus tahu bahan bakunya. Nah membaca ini salah satu bahan baku. Membaca bermakna luas, reportase atau pengamatan langsung dan wawancara bagian dari membaca,”tegasnya. 

Untuk itu, lanjut Mas Ale, untuk membekali semua jajaran Pimpinan dan Staf Bawaslu Wonosobo perlu diberikan pelatihan jurnalisme. Agar dalam melakukan kerja dan publikasi lembaga akan lebih baik lagi. 

 

ale

 

“Tahun ini kita punya program penulisan buku sejarah Panwaslu menjadi Bawaslu dari masa ke masa. Pelatihan hari inj menjadi modal penting bagi kita semua,”tegasnya. 

Sementara itu, Farid Gaban Jurnalis senior asal Wonosobo yang pernah bertugas liputan perang di Negara Bosnia pada tahun 90- an, memberikan pelatihan dasar jurnalistik, etika jurnalistik hingga praktek penulisan. 

“ Saya menyampaikan dengan cara mudah, dari proses wawancara, reportase dan riset,”katanya. 

Farid menjelaskan, dalam penulisan antara jurnalistik dan karya ilmiah sebenarnya prosesnya sama, cuma dalam pemilihan bahasa yang sering membedakan. 

“ tulisan jurnalistik dan ilmiah, secara prosedur yang dilampaui sama. Ada riset, pengamatan langsung atau reportase kemudian juga penggalian informasi lewat wawancara, cuma penyajian bahasanya beda,” ungkap Farid menjawab pertanyaan dari Tia Antriyani Staf Bawaslu. 

 

tia

 

Farid sebagai jurnalis yang sudah melalang buana dan pernah menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Tempo itu menekankan, untuk bisa menulis seseorang akan memiliki program diri tiap hari menulis secara tekun, daya analisa harus tumbuh dan memiliki rasa ingin tahu sehingga terus memiliki energi menggali informasi. 

“ tidak harus menulis banyak. Tiap hari bisa nulis satu alenia. Besok satu alenia lagi. Terpenting yang ditulis itu fakta dan harus bisa diuji kebenaranya,” tandasnya. 

“ Lebih penting lagi, teman teman harus tempatkan diri, bahwa teman teman sedang menulis untuk pembaca, karena tanggung jawab penulis kepada pembaca,” pungkasnya. (Humas Bawaslu Wonosobo)